
Anda suka berburu barang-barang unik kebutuhan seharihari dengan harga yang “mengejutkan?” Jika jawabannya iya, kemungkinan toko retail yang satu ini pernah atau bahkan sering Anda kunjungi.
Daiso, toko yang menjual berbagai macam barang asal negeri Sakura ini sudah ada di Indonesia sejak tahun 2004. Didirikan di beberapa kota besar tanah air, setidaknya ada lebih dari 16 gerai saat ini yang beroperasi. Sementara pada tahun 2017 menurut situs resmi Daiso, sudah berdiri 3150 gerai di Jepang dan 1900 gerai tersebar di 26 negara di penjuru bumi dengan pusat di Hiroshima Jepang.
Hirotake Yano adalah sosok inspiratif di balik keberadaan jaringan toko Daiso. Dia adalah anak ke-5 dari 8 bersaudara. Yano lahir di Beijing, Cina tahun 1943, kemudian setelah Perang Dunia II berakhir, keluarga Yano kembali ke kota asal Ayahnya di Higashi-Hiroshima, prefektur Hiroshima. Saat itu dia mulai menginjak usia remaja dan sedang memulai pendidikan tingkat menengah pertamanya. Melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas Yano yang memiliki ketertarikan dengan olah raga tinju. Pernah mengikuti pelatihan atlit untuk persiapan Olimpiade Tokyo tahun 1964.
Sementara semua saudara Yano memiliki ketertarikan dengan dunia kedokteran sebagaimana orang tuanya yang berhasil dalam bidang itu, dan memiliki kehidupan yang bagus, Yano memilih bidang yang berbeda. Setelah lulus sekolah menengah atas, dia memutuskan untuk mengambil kuliah malam di Universitas Chubu dan mengambil jurusan teknik sipil serta berhasil memperoleh gelar kesarjanaannya pada tahun 1967.
Daiso saat ini tidak hanya menjual barang yang berharga 100 Yen saja tapi juga 200 Yen, 300 Yen dan seterusnya, Daiso tetap menawarkan keseragaman harga yang sesuai dengan misinya membantu konsumen “Find Surprises & Fun”. “
Lulus dengan gelar sarjana teknik sipil tidak lantas menjadikan Yano bekerja pada bidang yang linier dengan keilmuannya, melainkan dalam bidang perikanan. Menikahi istrinya semasa masih di bangku kuliah, memberikan Yano kesempatan untuk mengelola bisnis milik mertuanya dalam bidang pembudidayaan Hamachi atau yang dikenal juga dengan ikan ekor kuning. Namun akhirnya dia harus menelan kegagalan setelah 3 tahun menjalankan usaha tersebut. Bahkan tidak mampu melunasi hutang miliknya senilai 7 juta Yen pada masa itu.
Melanjutkan hidup mencoba keberuntungan menjadi karyawan dan berganti-ganti pekerjaan, kemudian Yano memulai berjualan berbagai macam barang. Dia memanfaatkan bagian bak belakang pick up-nya untuk dijadikan sebuah toko berjalan yang dinamai “Yano Shoten” atau toko Yano pada tahun 1972. Yano mendapatkan barang dengan membeli secara grosir di toko atau pun pabrik-pabrik yang memiliki stok lebih, sehingga bisa mendapatkan harga yang lebih murah. Dengan menambahkan sedikit laba, Yano bisa menjual barangnya dengan harga lebih bersahabat.
Berkeliling berjualan dari satu tempat ke tempat lain di mana ada komunitas dan keramaian berkumpul. Membeli stok, mengawasi stok, memberikan harga, menjadi kasir, semua dilakukan Yano sendiri. Dengan jenis barang yang bermacam-macam, hal itu sangat merepotkan Yano dalam menjalankan bisnis. Hal itulah yang kemudian memunculkan ide bagi Yano untuk memberikan label harga untuk setiap barang yang dijualnya senilai 100 Yen. Dari situ pula nama toko Yano berubah menjadi toko 100 Yen, cikal bakal dari model bisnis Daiso, toko yang menyediakan harga yang seragam untuk setiap barangnya.
Sampai saat ini, setiap gerai Daiso menyediakan setidaknya 11 jenis barang tergantung di negara mana gerai tersebut dibuka. Kalau di Indonesia, jenis yang tersedia adalah produk kecantikan, perlengkapan dapur dan perlengkapan makan, alat tulis, dekorasi rumah, aksesoris, perkakas, perlengkapan pesta, perlengkapan rumah tangga, barangbarang unik, perlengkapan berkebun, mainan anak. Sementara di negara lain misalnya Jepang, Daiso juga menyediakan produk makanan.
Sekitar tahun 1970-an terjadi krisis energi di Jepang sebagai dampak atas embargo minyak negara Arab. Meskipun secara umum dampaknya terasa bagi pertumbuhan ekonomi Jepang namun bisnis milik Hirotake Yano bisa tetap bertahan. Hal tersebut dibuktikan dengan didirikannya “Daiso Sangyo Inc”. Pada waktu itu hampir 60% produk milik Daiso dijual di semua jaringan supermaket terkenal di Jepang. Namun ternyata kerja sama tersebut akhirnya tidak berlanjut dan Yano memutuskan menggelar dagangannya tak jauh dari supermaket tempat dulunya dia menjual barang agar bisnisnya tetap berjalan, ternyata itu menjadi titik balik keberhasilan bisnis Yano.
Dengan konsep toko 100 Yen miliknya yang sudah banyak dikenal pembeli, satu dekade kemudian, tepatnya tahun 1987, Daiso melakukan ekspansi pertamanya, disusul tahun 1991 mendirikan toko di Takamatsu, prefektur Kagawa, Jepang yang langsung di bawah pengelolaan Daiso Sangyo Inc. yang kemudian terus berkembang ke kota-kota lain di Jepang dan menjadi sebuah jaringan toko retail besar.


Meskipun tahun 1990an Jepang kembali mengalami guncangan ekonomi kembali dan terjadi resesi, Daiso masih terus bisa berkembang. Tahun 2001 menjadi awal Daiso melebarkan sayap keluar dari Jepang, yaitu membuka cabang di Taiwan dan jaringannya semakin luas sampai saat ini, bukan hanya di Jepang, namun seluruh dunia. Daiso saat ini tidak hanya menjual barang yang berharga 100 Yen saja, tapi juga 200 Yen, 300 Yen dan seterusnya. Tapi Daiso tetap menawarkan keseragaman harga yang sesuai dengan misinya membantu konsumen, “Find Surprises & Fun”.
Keberhasilan Yano membesarkan Daiso bukan hanya dilihat dari banyaknya jumlah toko yang dibuka, pada tahun 1994 mendapat penghargaan Excellent Achievement Award For New Business dari NBC. Tahun 2006 menjadi pemenang Retail ME Award, lalu tahun 2009 dipilih konsumen Taiwan menjadi No.1 Brand Prize. Tahun 2012, Nikkei mencatat brand Daiso naik dari peringkat 39 menjadi 9 dari 1500 perusahaan. Menerima Golden Torch Award tahun 2013 yang merupakan penghargaan tertinggi dan prestisius atas innovasi dalam bidang manajemen organisasi perusahaan.
Survei dari Nikkei tahun 2013, Daiso mendapat peringkat pertama toko yang ingin dikunjungi dan dibeli produknya. Penghargaan lain pernah diterima dari sebuah majalah terbitan American Retailers Association yang mengukuhkan Daiso sebagai salah satu jaringan retail yang berkembang paling pesat didunia. Majalah Japan Top Business memilih Yano sebagai “Famed Owner of the New Era”.
Begitu gigih seorang Hirotake Yano, dia mengatakan perkembangan perusahaanya yang demikian besar terjadi begitu saja dengan banyak coba-coba dan kesalahan di sana-sini, namun semua itu jadi pembelajaran untuknya meraih sukses sampai akhirnya berhasil memiliki begitu banyak gerai di seluruh dunia, dan dia tidak pernah merencanakan hal itu sejak awal. Dia juga berpendapat jika yang kita kejar adalah untung tinggi, maka konsumen akan meninggalkan kita.