By | November 8, 2023
Asosiasi Fintech

Ribuan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mengakui manfaat positif dari pembiayaan yang diberikan oleh Fintech Peer-to-Peer (P2P) Lending. Beberapa di antaranya bahkan melaporkan peningkatan omset yang signifikan, bahkan berkali-kali lipat. Kelebihan dalam hal persyaratan pengajuan yang mudah tanpa perlu memberikan agunan aset dan dengan akses hingga Rp2 miliar menjadi hal yang menarik bagi para pelaku UMKM.

Dari segi bisnis, Fintech Lending hadir sebagai solusi keuangan bagi UMKM yang belum memiliki akses ke layanan keuangan formal, termasuk yang termasuk dalam kategori “unbanked” dan “underserved.” Menurut penelitian tahun 2023, kebutuhan pembiayaan bagi UMKM pada tahun 2026 diproyeksikan mencapai Rp 4.300 triliun. Namun, ketersediaan dana saat ini hanya mampu mencapai sekitar Rp 1.900 triliun, menyebabkan terjadinya kesenjangan kredit sebesar Rp 2.400 triliun.

Kesenjangan ini dianggap sebagai masalah yang cukup besar. Hingga Agustus 2023, Fintech Pendanaan Bersama atau Fintech Lending telah menyediakan dana sebesar Rp 677,51 triliun, dengan pertumbuhan yang stabil dari tahun ke tahun, dengan pertumbuhan sebesar 45% pada tahun 2022 dan 112% pada tahun 2021. Meskipun situasinya dianggap sebagai tantangan, Fintech Lending melihatnya sebagai peluang untuk terus berinovasi dalam melayani masyarakat dan memberikan dampak positif pada perekonomian Indonesia. Terdapat banyak kisah sukses dari mereka yang berhasil mendapatkan pendanaan melalui Fintech Lending.

Salah satu cerita sukses datang dari Yuari Trantono (Ari), Pemilik PT Pangan Nusantara. Ari menceritakan bagaimana pendanaan dari ALAMI Sharia telah meningkatkan profitabilitas bisnisnya. Saat ini, omsetnya telah mencapai 6 ton per hari, dengan produk berupa makanan beku yang didistribusikan ke pabrik-pabrik di Indonesia dan diolah menjadi bakso dan sosis.

Salah satu kendala usaha skala UMKM adalah kurangnya aset, kami masih menyewa tempat usaha. Saya sebagai pemilik usaha memiliki latar belakang sebagai mantan PNS di salah satu kementerian, dan saya keluar untuk merintis usaha ini. Kami bukan orang-orang berkecukupan, kami merintis usaha ini dari bawah. Saat ini, kami berhasil meningkatkan omset hingga dua kali lipat, mencapai 6 ton makanan beku per hari, dibandingkan sebelumnya hanya 3 ton,” kata Yuari (Ari) saat ditemui wartawan di lokasi usahanya di bilangan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (30/10/2023).

Menurutnya, tantangan terbesar bagi UMKM adalah mendapatkan akses pembiayaan dari perbankan yang membutuhkan jaminan aset. Fintech P2P Lending menjadi harapan dan kesempatan bagi mereka untuk mengajukan pinjaman secara online tanpa harus memberikan jaminan aset, hanya dengan persyaratan menyediakan laporan keuangan dua tahun terakhir. PT Pangan Nusantara telah mendapatkan pembiayaan sekitar Rp 1,2 triliun dari plafon Rp 2 miliar dengan proses yang mudah, yang telah digunakan untuk meningkatkan profitabilitas bisnis mereka.

“Pinjaman ini bersifat Kredit Modal Kerja (KMK), sehingga kami menggunakannya sesuai kebutuhan. Misalnya, saat mendekati Lebaran, kami menggunakan pinjaman penuh. Setelah Lebaran, jika permintaan menurun, kami mengurangi jumlah pinjaman menjadi Rp 500 juta atau bahkan tidak menggunakannya sama sekali, tergantung pada kebutuhan,” tambah Ari.

Harza Sandityo, Direktur Utama ALAMI Sharia, menjelaskan bahwa fokus ALAMI Sharia adalah pada industri-industri kunci yang mendukung perekonomian Indonesia, seperti perdagangan dan distribusi, sumber daya manusia dan kepegawaian, layanan kesehatan, dan pertanian (perikanan). Keempat industri tersebut memberikan dampak signifikan pada penciptaan lapangan kerja baru, mencapai 50% dari total pembiayaan yang disalurkan. Oleh karena itu, mereka serius dalam memfasilitasi pelaku UMKM dalam industri-industri tersebut, termasuk PT Pangan Nusantara.

ALAMI sebagai penyelenggara Asosiasi Fintech P2P Lending syariah telah memberikan dukungan keuangan kepada lebih dari 11.400 proyek UMKM di sektor-sektor strategis di Indonesia. Ekosistem ALAMI mencakup 482 kota di 34 provinsi di seluruh Indonesia, melibatkan penyandang dana dan penerima manfaat, terutama UKM, yang berpartisipasi dalam berbagai kegiatan komersial dan sosial,” tambah Harza.

Kisah sukses lainnya datang dari Ibu Sumarni bersama anaknya Suki Kunihati, seorang pedagang bakso. Ibu Sumarni menceritakan pengalamannya setelah mendapatkan pinjaman dari Mekar melalui KSP Dwi Tunggal sebesar Rp 40 juta yang digunakan sebagai modal usaha untuk membeli gerobak jualan bakso.

“Suami saya adalah pedagang bakso, dan Alhamdulillah, berkat bantuan dari Dwi Tunggal, usaha yang saya jalankan dapat terbantu. Kami sempat terdampak Covid, yang menyebabkan penurunan omset. Namun, berkat bantuan fintech, kami tetap bisa berjalan. Proses pengajuan hanya membutuhkan 1 hari, pagi mengajukan pinjaman online, dan sore harinya dana sudah cair. Tenor pinjaman Ibu Sumarni adalah selama 3 tahun,” ucap Suki saat dikunjungi media di kediamannya, Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin (30/10/2023).

Suki menceritakan bahwa pembiayaan dari Mekar melalui KSP Dwi Tunggal ini ditujukan untuk pensiunan. Pengajuan pinjaman menggunakan SK pensiun ibunya, Sumarni, dengan cicilan yang langsung dipotong setiap bulan dari uang pensiunnya. Setelah mendapatkan pembiayaan, omset langsung meningkat dari Rp 300.000 per hari menjadi Rp 500.000 per hari, atau naik sebesar 70% per hari.

Budi Sang, Lending Manager Mekar, menjelaskan bahwa pembiayaan dari Mekar dilakukan melalui kerja sama dengan koperasi, seperti KSP Dwi Tunggal yang memiliki banyak anggota. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan risiko gagal bayar.

“Mekar memiliki jaringan 30 koperasi, termasuk Dwi Tunggal yang membantu mempermudah akses anggota koperasi kepada Mekar. Rata-rata, Mekar memberikan pembiayaan sektor produktif hingga 90%, dan banyak di antaranya adalah ibu-ibu dengan segmen konsep grameen di wilayah sekitar Pulau Jawa,” kata Budi.

Untuk pinjaman Ibu Sumarni, Budi menjelaskan bahwa persyaratan pembiayaan telah terpenuhi, terutama dengan agunan SK pensiun. Proses pembiayaan tersebut langsung ditransfer ke rekening yang sudah bekerja sama dengan Mekar. Persyaratan seperti KTP, buku tabungan, dan SK fisik digunakan untuk memastikan bahwa Ibu Sumarni masih dapat menjalankan usahanya.

Pengalaman serupa juga disampaikan oleh Erfianty, Pemilik Ayam Bakar Madu Hijrah Jagakarsa. Sebagai salah satu UMKM yang mendapat manfaat dari pendanaan OVO Finansial, Erfianty merasa bersyukur karena usahanya diberi kesempatan untuk mendapatkan pendanaan yang digunakan sebagai modal pengembangan bisnis.

Pendapatan usahanya berhasil meningkat hingga 40% setelah mendapatkan pinjaman online dari OVO Finansial. Menurutnya, pinjaman online dari OVO Finansial memberikan berbagai kemudahan, baik saat pengajuan kredit, proses pencairan, hingga pembayaran.

Sebagai salah satu pedagang di ekosistem OVO, Erfianty merasa lebih mudah mengajukan pinjaman, mulai dari Rp 6 juta, kemudian Rp 30 juta, dan sekarang mencapai Rp 50 juta dengan tenor 3-6 bulan.

“Pengajuan pembiayaan saya sangat mudah, saya diberi kesempatan untuk mendapatkan pinjaman. Alhamdulillah, prosesnya berjalan dengan lancar dan cepat. Hanya butuh waktu maksimal 2 hari, bahkan yang pertama kali hanya 1 hari. Cukup mengisi data, dan dana sudah cair berdasarkan transaksi saya di aplikasi ekosistem OVO. Alhamdulillah, tidak ada jaminan yang dibutuhkan,” kata Erfianty saat memperkenalkan produknya saat bazar di Universitas Pancasila, Jakarta, Senin (30/10/2023).

Industri ini terus berharap untuk memperluas jangkauan usaha dan pelayanannya, karena jurang antara kebutuhan dan ketersediaan pembiayaan produktif bagi kegiatan bisnis mereka masih cukup lebar. Tentu, ini merupakan tanggung jawab bersama yang perlu dikerjakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *