Setiap lembaga keuangan dari seluruh negara di dunia memiliki kewajiban untuk menerapkan anti-money laundering (AML) atau anti pencucian uang. Hal ini berguna untuk menghentikan tindak kejahatan secara ilegal seperti halnya pendanaan terorisme, perdagangan narkotika, dan tindak kriminal lainnya.
Oleh karena itu, setiap badan usaha maupun individu juga wajib mengimplementasikan dan mematuhi kebijakan anti pencucian uang tersebut. Bila ingin tahu secara lebih mendalam seputar anti pencucian uang, yuk simak rinciannya berikut.
Apa itu Anti-Money Laundering?
Anti money laundering solutions adalah suatu aturan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya pergerakan uang secara ilegal. Umumnya, setiap negara di dunia mematuhi program ini dengan dengan menyediakan undang-undang pemberantasan tindak pencucian uang.
Proses pencucian uang sendiri yaitu dengan menyembunyikan asal usul uang yang terbukti ilegal dengan metode transaksi ke satu pihak dengan pihak lain. Hal ini juga sering dilakukan untuk tipe uang hasil korupsi, penghindaran pajak negara, dana penjualan narkotika, dana terorisme, atau tindak kriminal lainnya.
Nantinya, uang akan kembali lagi ke pemiliknya dengan kondisi “bersih” atau dalam artian sudah jelas asal-usulnya sehingga dianggap legal.
Di era digital seperti sekarang, aktivitas pencucian uang tidaklah semasif dulu karena jejak digital pada tiap transaksi mudah sekali dilacak. Apalagi, pemerintah masing-masing negara telah menggunakan sistem KYC pada setiap layanan transaksi keuangan.
Memang tidak setiap transaksi akan dilakukan pengecekan. Namun, dengan adanya kebijakan AML, maka tiap kali terdapat transaksi besar ataupun transaksi yang berkaitan dengan kejahatan dapat segera dilacak hingga sumbernya.
Teknologi Anti Pencucian Uang yang Menjadi Solusi bagi Para Pebisnis
Meningkatnya volume transaksi yang begitu besar tentunya membuat berbagai jenis bisnis atau perusahaan harus mulai menerapkan teknologi yang lebih canggih sebagai sarana deteksi pencucian uang. Berikut ini beberapa di antaranya:
1. Cognitive Computing
Secara sederhana, cognitive computing yaitu sebuah program yang memungkinkan komputer memiliki daya kognitif. Dengan begitu, sistem dapat memahami apa yang pengguna inginkan.
Dengan teknologi ini, maka sistem dapat mengenali data transaksi keuangan dalam jumlah yang sangat besar. Termasuk juga data lain berupa data terstruktur maupun tidak testruktur. Bahkan, cognitive computing mampu memahami portofolio risiko tiap pelanggan, membangun profil pelanggan, dan mengevaluasi setiap transaksi.
2. Risk Management Framework
Jika berbicara terkait anti-money laundering, maka pastinya berhubungan langsung dengan risk management framework. Secara sederhana, framework satu ini adalah bagian dari arsitektur yang memiliki algoritma, aturan, batasan, model, dan kontrol terhadap transaksi.
Dengan implementasi teknologi berbasis AI, framework ini bahkan mampu mengidentifikasi dan mengdeteksi transaksi yang terbilang mencurigakan dari milyaran data transksi yang beg itu kompleks. Algoritma ini juga fokus pada pembuatan risiko profil dari masing-masing pelanggan berdasarkan banyak faktor seperti kondisi ekonomi, koneksi transaksi, asal negara, dan sebagainya.
3. Machine Learning
Bila pemrograman tradisional hanya berjalan berdasarkan perintah yang telah disetting oleh manusia, namun machine learning mampu menciptakan aturan itu sendiri sesuai pola yang telah ia pelajari sebelumnya.
Teknologi ini sangat penting untuk diimplementasikan dalam anti pencucian uang. Salah satu fungsinya ialah untuk membuat model skoring yang mampu mengidentifikasi profil risiko seseorang. Penggunaan machine learning biasanya berhubungan langsung dengan teknologi cloud computing.
Selain itu, masih ada lagi beberapa teknologi anti-money laundering lainnya seperti graph analytics hingga RPA (robotic process automation). Semua itu dibutuhkan guna membangun teknologi yang mampu mencegah risiko terjadinya pencucian uang.