Apakah Anda pernah memiliki pengalaman bermain video games dengan anak-anak? Kalaupun pernah, tentunya pengalaman yang dimiliki tidaklah
menyenangkan. Mengapa? Permainan video games selalu dimenangkan oleh anak-anak. Perbedaan skornya, pasti berbeda jauh, si anak menang telak. Mengapa permainan ini selalu dimenangkan oleh seorang anak, bagaimana dia melakukannya, apakah mereka memiliki refleks yang lebih baik apakah mereka lebih cepat, apakah mereka lebih pintar, apakah mereka lebih kuat? Tentunya tidak! Itu karena mereka telah bermain permainan tersebut sebelumnya. Mereka sudah terbiasa. Mereka sudah tahu pola atau alur permainan. Kapan mulai maju, jalan, lari atau lompat. Mereka tahu menghindari jebakan. Karena permainan ini dilakukan berkali-kali sehingga mereka menjadi terlatih. Permainan ini juga mengajarkan kepada anak-anak tentang rahasia terbesar kesuksesan.
Mereka sudah memiliki salah satu rahasia terbesar untuk sebuah kesuksesan dalam hidup. Yakni bisa membaca apa yang akan terjadi di depannya. Sehingga mereka dapat mengantisipasi jalan di hadapannya. Antisipasi adalah kekuatan utama. Pecundang beraksi, pemimpin mengantisipasi. Antisipasi itu sama dengan mempersiapkan diri. Mempersiapkan diri untuk mencari jalan keluar.
Saya sering mengampanyekan kepada semua staf di BPR Lestari. Jangan pernah sekalipun takut menghadapi suatu masalah. Betapa pun itu berat sekali. Masalah berat atau kecil itu bisa dipastikan akan datang dan menimpa kepada semua orang, semua perusahaan, semua negara termasuk saya
dan Anda. Yang membedakan adalah kapan waktu datangnya masalah.
Takutlah ketika masalah datang kita tidak siap. Untuk itu saya selalu mengajak kepada semua staf untuk mempersiapkan diri sebelum masalah itu datang. Saya ajak untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi. Apa yang harus kita lakukan. Saya sangat percaya bahwa antisipasi adalah kekuatan
utama. Kita tidak mengundang masalah untuk datang. Tapi kalau datang, kita harus siap untuk menghadapi dan menyelesaikan.
Untuk bisa mengantisipasi, kita harus bisa membaca sinyal. Sinyal itu seperti tanda-tanda jaman. Tanda-tanda jaman bagaikan sejarah. Sejarah selalu berulang. Kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah. Sejatinya, alam ini mengirim begitu banyak sinyal untuk membangkitkan kesadaran manusia. Angin, hujan, badai, petir, kabut, hewan turun dari gunung, ikan yang mati, banjir, kelahiran, kematian, perang, tsunami, banjir, suara-suara, keluhan, untung, rugi, macet, dan banyak sekali signal-signal yang lain. Maka, eksekutif yang handal adalah eksekutif yang cepat membaca
sinyal-sinyal yang relevan bagi dirinya, usahanya, minat usaha yang ditanganinya.
Dalam kepemimpinan, itulah yang kita sebut sebagai visi. Melihat jauh ke depan melalui sinyal-sinyal yang belum terlihat jelas dan membimbing pasukan manajemen untuk bergerak ke tujuan tertentu. “Banyak orang membaca tapi tidak membaca”. Banyak orang membaca dan tahu bahwa di perusahaannya ada sesuatu yang aneh. Usahanya tidak berkembang, asetnya beberapa tahun tidak tumbuh, biaya operasional yang selalu meningkat, biaya gaji yang naik, produktivitas karyawan rendah. Tapi mereka tidak membaca apa yang akan terjadi kedepannya, sehingga mereka terlambat mengetahuinya. Informasi yang dibaca dan diperoleh berlalu begitu saja, tanpa pernah di analisa mengapa itu terjadi.
Banyak perusahaan terkejut, ketika pasar lenyap dan produknya kehilangan relevansi. Mereka kaget karena sama sekali tidak ada kesalahan yang dibuat. Mereka tumbang oleh lawan-lawan yang tidak kelihatan dan tidak mereka kenali. Mereka tumbang bukan oleh kompetitornya. Seperti yang
disampaikan CEO Nokia, Stephen Elop, “Kami tidak melakukan kesalahan apa pun, tetapi entah bagaimana, kami kalah.” Nokia kalah karena tidak membaca tanda-tanda jaman.
Membaca itu bukan hanya melihat, melainkan juga menangkap gejala, tanda-tanda jaman, menjadikannya informasi atau sekadar sampah.
Dalam hidup ini, rata-rata manusia hanya membaca 5-10 persen dari apa yang dilihat dan dipahami. Selebihnya informasi-informasi itu berlalu begitu saja dan tidak berfungsi. Yang dibaca belum tentu dipahami. Yang dipahami belum tentu ditindaklanjuti. Sebagian yang dibaca dianggap tidak penting dan bertolak belakang dengan informasi yang diinginkan. Padahal, mungkin di sana ada insight. Mari belajar membaca tanda-tanda jaman dan mengambil pelajaran.